![]() |
Dwi Galuh Hertanto. (BMA/JatengnyamlengID) |
Jatengnyamleng ID - Ayam Kremes Purwodadi. Kremesnya inuk-inuk. Secara
perlahan, brand kuliner ini mulai dikenal oleh publik Purwodadi. Dirintis
pertama kali tahun 2014 dengan modal minim, sekira lima tahun kemudian, Ayam
Kremes Purwodadi telah menjelma menjadi salah satu brand yang
diperhitungkan di blantika kuliner Purwodadi.
Adalah Dwi Galuh Hertanto, lelaki kelahiran
Grobogan, 16 Mei 1986, pengusaha muda di balik sukses Ayam Kremes Purwodadi
atau yang biasa disingkat AKP. Galuh, demikian ia biasa disapa, putra asli
Purwodadi dari pasangan Purjono dan Sulasih. Ayahnya seorang PNS dan ibunya
pegawai sebuah bank swasta.
Lahir dari keluarga pegawai, menjadikan Galuh tak
terdidik untuk menjadi seorang wirausahawan. Oleh kedua orangtuanya, ia justru
diharapkan untuk menjadi seorang pegawai. Oleh karena itu, selepas menyelesaikan
kuliahnya di UPN Jogjakarta (tahun 2009), alumnus SMA N 1 Purwodadi itu
memenuhi permintaan ayahnya menjadi pegawai honorer di sebuah dinas di
lingkungan Pemkab Grobogan.
Namun pekerjaan itu hanya dijalaninya setahun. Tahun 2010, ia memilih kembali ke Jogja (tempat ia kuliah). Di Jogja ia melamar pekerjaan dan diterima sebagai Credit Marketing Supervisor (CMS) di sebuah perusahaan penjualan motor nasional ternama. Di perusahaan itu, ia berpindah-pindah tempat kerja. Awalnya ditempatkan di Jakarta, lalu ke Palembang, dipindah lagi ke Prabumulih, pindah ke Lahat, dan terakhir di Pagaralam. Bekerja di perusahaan itu pun, lagi-lagi, ia jalani hanya setahun. Ia pulang kembali ke Purwodadi.
Di Purwodadi, Galuh bersama seorang kawannya sempat
bekerja sama berbisnis pulsa. Tapi karena sesuatu dan lain hal, Galuh
memutuskan mundur. Kemudian atas berbagai pertimbangan, ia memutuskan untuk
berwirausaha di bidang kuliner. Galuh menjatuhkan pilihan berjualan mi ayam dan
bakso. Pertimbangannya sederhana. Bagi Galuh, Mi Ayam dan Bakso mudah dibuat,
dan pasarnya selalu ada.
Keputusan itu sempat ditentang oleh kedua orangtuanya. Kedua orangtuanya, terutama ayahnya, tidak
merestui Galuh berjualan mi ayam dan bakso. “Tak perlu sekolah tinggi-tinggi
kalau pada akhirnya hanya berjualan bakso,” begitu kira-kira perkataan ayahnya
ketika itu.
Tapi Galuh bergeming. Ia tetap bersikukuh untuk
meneruskan niatnya. Berjualanlah ia mi ayam dan bakso. Kekukuhan Galuh untuk memulai
berwirausaha sendiri, ternyata, salah satunya dipengaruhi oleh sebuah buku yang
dibacanya. Buku itu berjudul 7 Keajaiban Rezeki karya motivator Ippho
Santosa. Buku itulah yang memengaruhi mindset Galuh dan kemudian memotivasinya
untuk berwirausaha.
Bagi Galuh, penentangan orangtuanya adalah sebuah
tantangan. Ia ingin menunjukkan bahwa ia bisa sukses, meski harus memulai semua
dari nol. Ia yakin, suatu saat nanti, ia akan bisa sukses di bidang yang saat
ini digelutinya.
Seorang temannya semasa SMA, bernama Achmad Jauharul
Fuad, mengajaknya untuk bergabung dengan komunitas Tangan Di Atas (TDA). Galuh
pun bergabung. Di komunitas inilah, mindset dan pengetahuan bisnis Galuh
tertempa dan ter-upgrade. Kebetulan, saat itu, di TDA ada program KMB
(Kelompok Mentoring Bisnis). Galuh aktif mengikuti program tersebut. Dari
situlah, semangat Galuh terus terpompa. Pengetahuan bisnisnya pun makin
bertambah. Skill bisnisnya makin terasah.
Ide Ayam Kremes
Setelah sekian lama menjalani usaha membuka
warung mi ayam dan bakso, sekira tahun 2014, Galuh tertantang untuk memperluas
jangkauan usahanya. Ia ingin membuka cabang di tempat yang lebih strategis di
dalam kota. Ia mendapatkan tempat di depan Rumah Sakit Islam (RSI), Jalan Dr.
Soetomo, Purwodadi. Berlokasi di timur simpanglima. Cukup strategis memang.
Sayang, setelah tempat siap, ia harus urung membuka
cabang warung baksonya di situ, karena di dekat tempat itu sudah didahului ada
yang berjualan bakso. Ia pun memeras otak, kira-kira makanan apa yang akan ia
jual di bakal warung barunya.
Akhirnya, tercetuslah ide ayam kremes. Ide ayam kremes
ini tercetus begitu saja saat ia terkenang semasa masih menjadi mahasiswa di
Jogja. Ketika itu, ia sering membeli ayam kremes yang banyak dijajakan di beberapa
warung tak jauh dari kampusnya. Harganya murah, pas di kantong mahasiswa,
tetapi rasanya enak.
Masalahnya, Galuh tak cakap membuatnya. Ia pun browsing
mencari resep ayam kremes. Ia juga bereksperimentasi membuatnya. Berkali-kali
ia gagal membuat ayam kremes yang enak. Hingga pada akhirnya, ia memperoleh
cita rasa ayam kremes yang diinginkan, walaupun kadang masih trial and error
. Ia pun mantap membuka warung ayam kremes di depan RSI Purwodadi. Ia dibantu
dua orang karyawan yang ia rekrut.
Berjodoh dengan Ayam Kremes
Rupanya, bisnis ayam kremes itulah “jodoh” Galuh.
Secara perlahan namun pasti, usaha ayam kremesnya berkembang. Saat perintisan,
ia harus rela mruput pagi-pagi bakda Subuh untuk belanja sendiri keperluan
warung di pasar. Lalu mengolahnya sendiri dan masih ikut berjualan dan menjaga
warung hingga malam. Galuh tidak cangggung memulai semua itu, meski ia seorang
sarjana. Karena, kata Galuh, mentalnya
sudah tertempa saat memulai berjualan mi
ayam dan bakso.
Usaha warung ayam kremesnya semakin berkembang. Ia pun
menutup warung mi ayam dan baksonya dan memilih fokus mengelola ayam kremes
yang, menurut Galuh, lebih prospektif.
Tahun 2014, Galuh menikah. Menghalalkan gadis pujaan
hatinya, temannya semasa SMA bernama Tri Novi Lestari. Setahun kemudian (2015),
Galuh dikarunia anak pertamanya.
Pernikahan dan kelahiran anak pertama itulah
yang, menurut Galuh, menjadi titik balik usahanya. Usahanya terus berkembang
dan mengalami lompatan kemajuan yang cukup pesat.
Sekira tahun 2017, Galuh membuka cabang di Jalan
Pemuda No, 44 Purwodadi atau depan kantor Dinas Pendidikan Kabupaten
Grobogan. Warung ayam kremesnya pun makin
maju. Saat ini jumlah karyawannya mencapai 20 orang karyawan. Galuh pun terus
berinovasi untuk menghadirkan varian produk baru, di antaranya adalah Ayam
Gantung alias ayam ingkung kremes.
Doa Orangtua dan Komunitas
Apa rahasia sukses Galuh? Di usia relatif muda, Galuh
telah relatif sukses mendirikan usaha kuliner. Brand Ayam Kremes Purwodadi
dengan tagline “Kremesnya Inuk-inuk” kini telah mulai menjadi salah satu
ikon kuliner di Purwodadi.
Dalam mulai usaha, yang pertama dibangun dan dikuatkan
menurut Galuh adalah mindset. Turunan dari mindset yang benar
adalah mental yang kuat. Tahan ejekan dan omongan miring orang lain di
sekitarnya, penting dikuatkan saat awal-awal merintis usaha. Tanpa itu,
seseorang tidak akan bisa fokus pada tujuan kesuksesan yang diinginkan. Peluang
gagalnya akan sangat tinggi.
Doa orangtua juga kunci. Menurut Galuh, meski di
awal-awal, saat berjualan mi ayam dan bakso, orangtuanya menentang dan tidak
menyetujui, namun Galuh tetap kekeh dan selalu berusaha meminta doa restu dari
orangtuanya terus-menerus. Kendati pun tiket restu itu lama ia peroleh. Saat
ini, orangtua Galuh justru bangga dengan kesuksesan yang telah diraihnya.
Disiplin, wani rekasa, juga merupakan rahasia
sukses Galuh. Ia yang saat ini membawahi puluhan karyawan harus terus menjaga
kedisiplinan dan tidak bisa seenaknya mengelola keuangan.
Dan dari sekian rahasia kesuksesannya, berkomunitas
adalah hal yang juga Galuh tekankan. Melalui komunitas di TDA utamanya, Galuh
banyak mendapatkan banyak ilmu tentang branding, marketing, manajemen
keuangan, dan lain sebagainya.
Hingga saat ini ayah dua anak ini masih terus berusaha meng-upgrade pengetahuan di bidang bisnis. Bila ada seminar atau even-event bisnis, ia selalu berusaha meluangkan waktu untuk ikut. Hal itu adalah bagian dari upaya Galuh agar dapat terus eksis dan berinovasi untuk pengembangan usahanya di bidang kuliner.
Salam kremes, kremesnya inuk-inuk! (BMA - Jatengnyamleng ID)