![]() |
Getuk Blondo Mbah Tamso. (JatengnyamlengID/BMA) |
Jatengnyamleng ID - Tak melulu yang kekinian yang diburu, tapi
yang jadul ternyata juga banyak dicari. Setidaknya itulah kesan saya saat
mampir di Warung Gethuk Blondo Mbah Tamso di Dusun Krajan Lor RT 03/II, Desa
Tuko, Kecamatan Pulokulon, Grobogan, Jawa Tengah.
Warungnya sih sederhana, bahkan amat
sederhana. Tapi sore itu, saat saya mampir, warung itu sudah banyak pengunjung.
Mereka antri untuk bisa menikmati satu porsi gethuk blondo yang disajikan dalam
sebuah piring kecil yang dialasi daun pisang.
Getuk atau dalam bahasa Jawa disebut gethuk, adalah
makanan tradisional khas Jawa yang terbuat dari singkong atau ketela pohon. Pembuatannya
relatif mudah. Getuk diawali dengan singkong yang dikupas dan dicuci bersih,
kemudian dikukus atau direbus. Setelah matang, singkong ditumbuk atau
dihaluskan dengan cara digiling. Untuk penyajiannya, getuk biasanya ditaburi
dengan parutan buah kelapa.
![]() |
Mbah Tamso sedang menyiapkan getuk untuk para pembelinya. (Jatengnyamleng/BMA) |
Nah, sesuai namanya, getuk blondo disajikan
dan dinikmati tidak hanya dengan parutan buah kelapa, tapi juga dengan blondo. Blondo inilah yang menjadi daya pikat getuk
Mbah Tamso. Paduan getuk dan blondo inilah yang bikin klangenan.
Blondo terbuat dari santan yang dimasak
dengan api besar di sebuah wajan. Setelah kadar air menyusut, api dikecilkan
dan santan diaduk bila mulai menggumpal. Gumpalan-gumpalan santan berwarna
coklat itulah yang disebut blondo. Rasanya legit. Sangat nikmat bila dijadikan
pelengkap makan getuk yang lembut.
Warung Mbah Tamso buka jam 15.00 sampai
persediaan gethuknya habis. Selain makan di tempat, banyak juga yang
membungkusnya untuk dibawa pulang, untuk dimakan bersama keluarga atau sebagai
oleh-oleh. (BMA - Jatengnyamleng ID)