GprpTUr8Gfd9BSCoGpG6GpC8Td==

Mencicipi Getuk Blondo Mbah Tamso

Getuk Blondo Mbah Tamso. (JatengnyamlengID/BMA)
Jatengnyamleng ID - Tak melulu yang kekinian yang diburu, tapi yang jadul ternyata juga banyak dicari. Setidaknya itulah kesan saya saat mampir di Warung Gethuk Blondo Mbah Tamso di Dusun Krajan Lor RT 03/II, Desa Tuko, Kecamatan Pulokulon, Grobogan, Jawa Tengah.
 
Warungnya sih sederhana, bahkan amat sederhana. Tapi sore itu, saat saya mampir, warung itu sudah banyak pengunjung. Mereka antri untuk bisa menikmati satu porsi gethuk blondo yang disajikan dalam sebuah piring kecil yang dialasi daun pisang. 

Getuk  atau dalam bahasa Jawa disebut gethuk, adalah makanan tradisional khas Jawa yang terbuat dari singkong atau ketela pohon. Pembuatannya relatif mudah. Getuk diawali dengan singkong yang dikupas dan dicuci bersih, kemudian dikukus atau direbus. Setelah matang, singkong ditumbuk atau dihaluskan dengan cara digiling. Untuk penyajiannya, getuk biasanya ditaburi dengan parutan buah kelapa.
 
Mbah Tamso sedang menyiapkan getuk untuk para pembelinya. (Jatengnyamleng/BMA)
Nah, sesuai namanya, getuk blondo disajikan dan dinikmati tidak hanya dengan parutan buah kelapa, tapi juga dengan blondo.  Blondo inilah yang menjadi daya pikat getuk Mbah Tamso. Paduan getuk dan blondo inilah yang bikin klangenan.

Blondo terbuat dari santan yang dimasak dengan api besar di sebuah wajan. Setelah kadar air menyusut, api dikecilkan dan santan diaduk bila mulai menggumpal. Gumpalan-gumpalan santan berwarna coklat itulah yang disebut blondo. Rasanya legit. Sangat nikmat bila dijadikan pelengkap makan getuk yang lembut.

Warung Mbah Tamso buka jam 15.00 sampai persediaan gethuknya habis. Selain makan di tempat, banyak juga yang membungkusnya untuk dibawa pulang, untuk dimakan bersama keluarga atau sebagai oleh-oleh. (BMA - Jatengnyamleng ID)


Jasaview.id

Type above and press Enter to search.