Sate Klathak, Sate Unik Khas Jejeran Jogjakarta
![]() |
Sate Klathak Pak Pong |
Sate klathak mewarnai keragaman khazanah
kuliner Indonesia. Sate unik ini adalah hidangan khas Jejeren, Kecamatan
Pleret, Kabupaten Bantul, Jogjakarta.
Sate klathak sesungguhnya sama dengan
sate lainnya. Keunikannya terletak pada tusuk sate yang digunakan, yaitu menggunakan
ruji (jeruji) sepeda. Selain itu, bumbu sate klathak termasuk minimalis,
hanya bawang putih dan garam.
Sate klathak digagas dan dirintis oleh seorang bernama Hamzah (kelak dikenal dengan panggilan Mbah Ambyah).
Sekira tahun 1930-an, ia bekerja menjadi kusir andhong dengan rute
Bantul-Kota Jogja. Pekerjaan sebagai
sopir andhong itu dilakoninya selama bertahun-tahun, hingga kemudian
tercetus ide untuk membuka warung sate. Tahun 1945, ia mulai membuka warungnya
di Pasar Jejeran, Bantul.
Syafaruddin Murbawono dalam bukunya Monggo
Mampir, Mengudap Rasa Secara Jogja (2009) menceritakan, Hamzah membumbui
sate olahannya hanya dengan bawang putih dan garam sebelum dibakar. Daging
kambing yang sudah diiris-iris lalu diremas-remas agar bumbunya masuk ke dalam
serat daging. Setelah itu, daging ditusuk dengan sujen dari ruji sepeda. Satu
porsi terdiri atas dua tusuk ruji. Setelah dibakar, sate yang kemudian dikenal
dengan nama sate klathak itu, disajikan dengan kuah gulai secara terpisah.
![]() |
Proses membumbui sebelum sate dibakar |
Terkait penamaan klathak sendiri,
setidaknya ada dua versi. Versi pertama, penamaan klathak dikaitkan dengan
bunyi suara yang keluar saat sate dibakar. Bara api dari arang yang beradu
dengan jeruji sepeda saat dibakar menimbulkan bunyi kemretek atau gemeretak.
Dari bunyi “thak thak” itulah lantas disebut klathak.
Versi kedua, penamaan klathak dikaitkan
dengan saat makan sate ini. Orang yang makan sate besutan Hamzah ini ibaratnya
sedang nglethak sate yang ada di bilah jeruji sepeda itu. Sehingga dari
kata nglethak itu disebutlah klathak.
Hanya saja, Hamzah dan generasi penerus
satenya, tak ambil pusing dengan asal-usul penamaan itu. Yang jelas, Hamzah
memilih ruji sepeda sebagai ganti sujen dari bambu dengan alasan agar tidak
mudah patah saat terkena api.
Saat ini, sate klathak telah memasuki
generasi ketiga. Di Pasar Jejeran, sekira 15 kilometer arah selatan Kota Jogja,
keturunan Hamzah membuka sate klathak dan menjadi salah satu destinasi wisata
kuliner yang sangat populer di Jogja. Warung buka mulai jam 17.00 – 01.00. Bila
ingin menikmati sate klathak di siang hari, bisa mengunjungi Sate Klathak Pak
Pong di Jalan Imogiri Timur KM. 10 (timur Stadion Sultan Agung), Jejeran,
Pleret, Bantul.
Resep Sate Klathak
Berikut ini resep generik sate klathak
yang dikutip dari buku 100 Mak Nyus Joglo Semar:
Bahan:
- 500 gram daging kambing muda
- 5 tusukan dari jeruji sepeda
Bumbu marinasi:
- 50 gram garam krosok
- 50 gram bawang putih, haluskan
- 15 gram bawang merah, haluskan
- 100 ml air hangat
- 3 sendok makan air jeruk nipis
Cara membuat:
- Potong daging kambing sesuai keinginan
- Campurkan semua bumbu marinasi, dan rendam potongan daging di dalam bumbu marinasi. Lebih baik bila Anda menyimpannya semalam di kulkas.
- Tusukkan potongan daging pada tusukan jeruji sepeda.
- Bakar dengan menjaga jarak antara daging dan bara api. Bila perlu, lumuri lagi (basting) daging dengan bumbu marinasi.
- Sajikan dengan nasi putih yang disiram kuah gulai dan sedikit kecap manis.
Get notifications from this blog
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.