Selaksa Cita Rasa Nusantara dalam Semangkuk Soto
Soto adalah ikon kuliner Indonesia yang boleh dibilang paling populer, selain variannya paling banyak dibandingkan dengan kuliner lain. Soto dijual di kaki lima hingga restoran bintang lima. Bahkan hampir setiap belahan daerah di Indonesia mempunyai soto versi masing-masing. Buku Soto, Nikmat dari Indonesia untuk Dunia ini adalah buku yang secara spesifik membahas soto secara lengkap dan mendalam.
Secara
historis harus diakui, soto tidak indigenous Indonesia, meski telah
melekat sebagai identitas kuliner Indonesia. Sejarawan kuliner Indonesia, Fadly
Rahman, mengutip Denys Lombard dalam Nusa Jawa Silang Budaya: Jaringan Asia
(1996) menyigi kata ”soto” yang merupakan derivasi dari kosakata Tionghoa, cau
du (chau tu)— dalam bahasa Hokkian berbunyi chau to (halaman 9).
Menurut
Rahman, penyerapan kata Tionghoa yang menurunkan kata soto itu diperkirakan
mulai populer dan dikenal di Semarang pada abad ke-19. Kota besar di Jawa
Tengah itu merupakan kawasan hunian bagi orang-orang peranakan Tionghoa, dengan
hubungan kebudayaan antarkehidupan masyarakat yang terjalin padu (halaman 9).
Berbagai
pengaruh kuliner peranakan Tionghoa dalam kuliner Indonesia amat tak terkira
jumlahnya. Secara sederhana, itu dapat dicermati dari begitu banyak serapan
kosakata kuliner dari bahasa peranakan Tionghoa dalam bahasa Indonesia,
termasuk soto (halaman 10). Namun soto yang menyebar di berbagai daerah di
Indonesia bukan hanya pengaruh Tionghoa.
Ada
juga pengaruh dari dapur kuliner lain seperti India dan Eropa. Penggunaan bumbu
kari pada soto sulung, soto betawi, dan soto madura terasa mencirikan budaya
kuliner India. Adapun penggunaan bahan dan bumbu seperti tomat, seledri, kol,
dan kentang (termasuk diolah menjadi perkedel) mencerminkan adopsi bahan-bahan
dari Barat (Eropa) (halaman 22). Selain sisi historis, kajian menarik dalam
buku ini adalah tentang profil soto dan sebarannya di Indonesia.
Dari
analisis yang dilakukan tim, diperoleh data tentang soto, yaitu ada 75 ragam
soto di Indonesia yang tersebar di 22 daerah kuliner (halaman 31). Jumlah ragam
soto itu boleh jadi bisa bertambah lebih banyak lagi, mengingat penelitian itu
dilakukan dengan membatasi jumlah daerah kuliner yang menjadi objek penelitian,
yaitu hanya 34.
Dengan
perincian, Sumatera terbagi menjadi sembilan daerah kuliner, Jawa 11 daerah
kuliner, Kalimantan tiga daerah kuliner, dan Sulawesi enam daerah kuliner.
Selanjutnya Bali, NTB, NTT, Papua, dan Maluku, sama-sama satu daerah kuliner.
Tersebar
Ragam
soto Indonesia yang menyebar di banyak daerah memiliki ciri khas masing-masing.
Memakai berbagi variasi bumbu dan cara racikan penyajian. Citra rasa pun
bermacam-macam. Ada yang berkuah bening, kekuningan, hingga merah pekat.
Protein pelengkap juga berbeda-beda, ada yang memakai ayam, daging, atau ikan.
Tidak hanya soto yang berbeda, juga varian makanan pendamping saat menyantap
soto pun berbeda di setiap daerah.
Namun
umumnya ada lima makanan pendamping saat menyantap kenikmatan semangkuk soto,
yaitu perkedel, empal, sate, tahu atau tempe, dan kerupuk. Perkedel termasuk
paling umum sebagai makanan pendamping menyantap soto. Namun ternyata setiap
daerah memiliki basis bahan yang berbeda.
Di
Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Barat, perkedel dibuat dari bahan dasar
kentang. Di daerah pesisir seperti Pulau Bangka, Belitung, dan Kepulauan Riau,
masyarakat menggunakan umbi talas sebagai bahan dasar perkedel. Adapun di
Banjarmasin, Kalimantan Selatan, soto banjar dinikmati dengan perkedel dari
singkong.
Buku
yang berasal dari seminar ”Soto sebagai Representasi Cita Rasa Indonesia” pada
Bekraf Creative Labs 2017 Indonesia Culinary Conference & Creative Expo ini
memang bagus. Buku ini menyajikan informasi dan kajian spesifik tentang soto
secara komprehensif dan mendalam.
Buku
yang dicetak eksklusif dengan kertas isi artpaper dan full colour
ini dilengkapi kajian tentang inovasi dalam penyajian soto Indonesia, desain
warung soto Indonesia sebagai identitas dan daya tarik Indonesia, ulasan
tentang aspek keamanan pangan pada soto, ulasan tentang kehalalan produk
kuliner, serta prospek bumbu racik soto dan kuliner Indonesia di tingkat lokal
dan global.
Juga
dilengkapi 20 resep soto pilihan dari berbagai daerah di Indonesia. Cakupan
pembahasan yang lengkap tentang soto dan persotoan di Indonesia, juga ditulis
oleh para ahli dan praktisi yang peduli dan otoritatif di bidangnya.
Tak
ayal, buku ini menjadi sangat representatif sebagai referensi bagi para
pemerhati kuliner, kalangan akademis, peneliti, pelaku usaha, instansi
pemerintah, dan masyarakat umum. Juga terutama bagi pebisnis kuliner, buku ini
adalah referensi yang harus dibaca.
Data buku:
Data buku:
Judul: Soto, Nikmat dari Indonesia untuk Dunia
Penulis: Forum Komunikasi Kuliner Indonesia (Forkomkulindo)
Tim Editor: Murdijati Gardjito, Eni Harmayani, dan Umar Santoso
Penerbit: Andi, Yogyakarta
Penerbit: Andi, Yogyakarta
Cetakan
ke-1: 2018
Tebal: (xvi) + 240 hlm
ISBN: 978-979-29-7022-7
*Tulisan ini dimuat di koran Suara Merdeka edisi Minggu, 28 Juli 2019 dengan judul "Soto: Selaksa Cita Rasa Nusantara".
*Tulisan ini dimuat di koran Suara Merdeka edisi Minggu, 28 Juli 2019 dengan judul "Soto: Selaksa Cita Rasa Nusantara".
Get notifications from this blog
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.