 |
Lindiawati (kiri) berpose bersama salah satu karyawannya. (JatengnyamlengID/BMA)
|
Jatengnyamleng ID - Di
blantika kuliner Purwodadi, brand Ayam Geprek Sengit boleh jadi belum
sepopuler Ayam Bakar Noroyono, Ikan Bakar Sukarasa, atau bahkan Ayam Kremes
Purwodadi. Namun sebagai pendatang baru, prospek Ayam Geprek Sengit layak
diperhitungkan. Ayam Geprek Sengit dirintis dan dikelola oleh seorang mahasiswi
yang punya cita-cita memiliki banyak karyawan.
Namanya
Lindiawati. Biasa dipanggil Lindi. Perawakannya kecil. Namun perempuan muda
belia kelahiran Grobogan, 22 Maret 1997 itu, memiliki cita-cita besar. Ia
bercita-cita menjadi pengusaha yang bermanfaat bagi sesama, dengan membuka
lapangan kerja sebanyak-banyaknya.
Untuk
cita-citanya itu, Lindi memutuskan merintis usaha kuliner ayam geprek pada awal
tahun 2018. Tercatat pada titimangsa 18 Januari 2018, secara resmi Lindi
membuka usaha bisnis kulinernya. Ayam geprek dipilih karena pada tahun itu
memang sedang booming-booming-nya.
Adalah
Ibu Ruminah asal Jogjakarta yang disebut-sebut sebagai pelopor ayam geprek. Ibu
Ruminah membuat menu ayam geprek atas permintaan pelanggan warungnya. Saat itu,
tahun 2003, ibu Ruminah diminta menambahkan sambal ulek di atas ayam goreng
tepungnya. Tak disangka, beberapa tahun kemudian, kuliner ayam geprek menjadi
fenomenal dan booming. Menjamurlah gerai makan yang menjual menu ayam
geprek.
Momentum
booming-nya ayam geprek dimanfaatkan oleh Lindi. Ia pun menjadikan ayam
geprek sebagai menu di warung yang didirikannya. Resepnya ia peroleh dari browsing
di internet. Lalu ia bereksperimentasi alias uji coba membuat ayam geprek dari
resep yang diperolehnya.
Brand Ayam Geprek Sengit dipilih oleh Lindi. Sengit, menurutnya, artinya tajam, hebat, pedas. Hal ini menunjukkan cita rasa super pedas yang diusung oleh Lindi untuk menu ayam gepreknya.
“Bagi yang tidak suka pedas, bisa request yang tidak pedas. Namun apabila tidak request, ya otomatis yang kami suguhkan adalah ayam geprek pedas,” tutur Lindi.
 |
Logo Geprek Sengit |
Logo
Ayam Geprek Sengit didesain oleh temannya yang memiliki keahlian di bidang
grafis.
Banyak Tantangan
Saat
mendirikan Ayam Geprek Sengit, Lindi masih bekerja sebagai seorang penyiar di
sebuah stasiun radio swasta di Purwodadi. Di samping itu juga, Lindi tercatat sebagai
seorang mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Tujuh Belas Agustus 1945 (Untag)
Semarang.
Karena
itu, dapat diduga, saat awal-awal membuka warung, Lindi menghadapi banyak
tantangan, terutama dalam hal membagi waktu antara kerja sebagai penyiar radio,
kuliah, dan usaha yang baru dirintisnya. Berat dan sangat empot-empotan begitu
dirasakan oleh Lindi. Tapi Lindi tak pernah mengeluh dan patah arang.
Tak
mulus. Lindi menghadapi banyak liku-liku dalam merintis usaha kulinernya. Bahkan,
usaha yang dirintis Lindi sempat vakum sekira sebulan. Itu karena ia menghadapi
problem susahnya mencari pekerja yang bisa membantunya berjualan. Banyak yang
melamar kerja kepadanya, namun hanya dijadikan sebagai batu loncatan, dan
mendadak keluar saat telah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Hal
itu sempat membuat Lindi pusing dan nyaris patah arang. Apalagi, diakui oleh
Lindi, saat awal-awal merintis, omsetnya sulit berkembang. Penghasilannya juga
stagnan. Tidak naik-naik alias mentok. Hal itu sempat menambah kepusingannya.
Namun secara perlahan, Lindi dapat beradaptasi dengan situasi-situasi sulit seperti itu. Ia pun dapat melampaui masa-masa sulit itu. Bahkan sekira setahun lalu, Lindi memutuskan untuk resign sebagai penyiar radio. Ia ingin fokus mengelola usaha Ayam Geprek Sengitnya.
Meski belum besar, Lindi percaya bahwa melalui usahanya, ia kelak akan menuai kesuksesan. Ia optimis dan yakin dapat mewujudkan impiannya menjadi seorang pengusaha yang bermanfaat bagi sesama.
Saat ini, Lindi memiliki dua outlet Ayam Geprek Sengit, yaitu di Jalan Piere Tendean atau depan parkiran RS Panti Rahayu Yakkum Purwodadi yang baru (kaki lima) dan di Jalan Tentara Pelajar Purwoadi atau ± 100 meter dari patung Ganesha ke selatan.
“Namun
untuk outlet kaki lima di Jalan Piere Tendean, sementara saya tutup selama wabah
Korona. Fokus di satu outlet saja di Jalan Tentara Pelajar Purwodadi, selatan
patung Ganesha sekitar 100 meter,” tutur Lindi.
 |
Ayam geprek sambal matah (atas) dan ayam geprek sambal bawang di Geprek Sengit. (JatengnyamlengID/BMA)
|
Diversifikasi Menu
Untuk
memikat dan mendapatkan pelanggan baru, selain aktif berpromosi, Lindi juga
melakukan diversifikasi menu. Selain ayam geprek sambal korek (sambal bawang),
Lindi juga menawarkan menu ayam geprek sambal matah dan mie ayam geprek. Bagi
yang tidak suka ayam, Lindi menawarkan menu telur, jamur, tempe, dan lele geprek.
Selain
melayani makan di tempat, Lindi juga melayani delivery order. Juga melayani
pesanan untuk berbagai acara seperti arisan, ulangtahun, rapat, pertemuan, dan
lain sebagainya. Order melalui nomor WhatsApp: 0822 2601 5538.
Saat ini Lindi sedang berusaha menyelesaikan skripsinya untuk memperoleh gelar Strata 1 (SH) dari Fakultas Hukum Untag Semarang. Perempuan belia berusia 23 tahun yang masih jomblo itu bertekad untuk membesarkan usahanya setelah menyelesaikan studinya nanti.
“Saya ingin hidup saya bermanfaat untuk banyak orang dengan membuka lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya. Semoga Allah mengabulkan keinginan saya,” tandas alumnus SMA N 1 Toroh yang pernah aktif di Pusat Informasi Pelajar dan Remaja (Pijar) Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Cabang Grobogan.
Salam Geprek Sengit, Pedasnya Nyengit! (BMA - Jatengnyamleng)