GprpTUr8Gfd9BSCoGpG6GpC8Td==

Kolak: Sejarah, Filosofi, dan Resep Membuatnya


Jatengnyanleng ID - Kolak merupakan kudapan yang identik dengan bulan Ramadan. Kolak menjadi salah satu menu takjil favorit umat Islam Indonesia, khususnya masyarakat pulau Jawa. Ciri khas kolak adalah cita rasanya yang manis dan legit yang diperoleh dari gula merah, meski kolak pun bisa dibuat tanpa gula merah. 
 
Pisang dan ubi jalar adalah varian bahan paling populer yang biasa dibuat kolak. Bahan lainnya yang biasa dibuat kolak adalah waluh, ketela, mata nangka, dan kolang-kaling. Saat ini, varian kolak lebih variatif lagi, misalnya yang populer adalah kolak durian.

Ternyata, kolak yang biasa hadir di bulan Ramadan itu memiliki sejarah sekaligus di dalamnya mengandung makna dan pesan filosofis yang dalam. Beberapa sumber menyebutkan, kolak dikaitkan dengan strategi penyebaran Islam di Jawa. Masyarakat Jawa yang kala itu belum mengenal Islam, dikenalkan Islam secara implisit tersamar pada filosofi yang disematkan pada sebuah menu makanan.

Kolak konon berasal dari Bahasa Arab kul laka artinya "makanlah, untukmu". Ada juga yang menyebutkan, kolak berasal dari khaliq yang berarti pencipta, pencipta alam semesta yang menunjuk kepada Allah Swt. Dari asal-usul penamaan ini, dinamakan kolak karena bertujuan agar bisa menjadi pengingat untuk selalu mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
 
Kolak awalnya hanya disajikan pada saat bulan Ruwah atau Sya'ban saja. Kemudian kudapan bercita rasa manis itu berlanjut disajikan hingga bulan Ramadan. Hingga saat ini, kolak menjadi menu takjil favorit di bulan Ramadan.
 
Pesan filosofis kolak tidak hanya pada asal-usul penamaannya saja, melainkan juga pada bahan-bahannya. Santan adalah elemen yang selalu ada dalam kolak, apapun bahannya. Santan, dalam bahasa Jawa disebut santen. Dalam filosofi Jawa dimaknai sebagai pangapunten alias permohonan maaf. Kolak pun menjadi media pengingat agar manusia senantiasa meminta maaf atas kesalahannya.

Bahan yang paling umum dijadikan kolak adalah pisang, utamanya pisang kepok. Pisang kepok ini konon merujuk pada kata kapok, yang dalam bahasa Jawa berarti jera. Sehingga pesan filosofis dalam kolak pisang adalah sebagai pengingat agar manusia jera berbuat dosa dan segera bertobat kepada Allah Swt. 

Isian lainnya yang populer adalah ubi jalar. Dalam bahasa Jawa disebut telo pendem. Filosofinya adalah agar manusia mengubur kesalahannya dalam-dalam. Ada juga yang menghubungkan dengan kematian. Sehingga kolak menjadi pengingat bahwa suatu saat manusia pasti mati dan kemudian dikubur (dipendem).

Kolak dari Timur Tengah?
Meski sangat populer di Indonesia, banyak pihak yang menduga kolak bukan karya kuliner asli Indonesia. Sejumlah pihak menduga, kolak berasal dari Timur Tengah. Di antaranya, pakar kuliner William Wongso sebagaimana yang dikutip Republika.co.id dalam artikel “Kolak, Si Manis Nan Legendaris” (Jumat 19 Jun 2015) menduga kudapan legit ini berasal dari Timur Tengah. Karena masyarakat Timur Tengah suka makanan manis-manis, sehingga makanan semacam itu, termasuk kolak, kemungkinan dari sana.

Dwi Cahyono, arkeolog dan dosen sejarah Universitas Negeri Malang, sebagaimana dikutip oleh Risa Herdahita Putri dalam artikel berjudul “Dari Kilang Jadi Kolak” menyatakan, etimologi dan tafsir terhadap penganan kolak merupakan ikhtiar baik untuk menjadikan makanan sebagai media pembelajaran budi pekerti dan penguat keyakinan keagamaan. Namun, bukan berarti bahwa muasal kolak dari bahasa Arab. Etimologis yang demikian hanya mendasarkan pada keserupaan istilah dan terkesan dipas-paskan.
 
Dengan membuat asal-usul kolak dari bahasa Arab, penganan ini kemudian diyakini berasal dari Timur Tengah. Alasannya karena orang Timur Tengah suka makanan manis, maka mungkin kolak dari sana. Padahal, masyarakat Nusantara sudah mengonsumsi minuman manis sejak masa Hindu-Buddha.
Informasi soal minuman masa Jawa Kuno muncul dalam naskah maupun prasasti. Di antaranya, ada yang disebut juruh, yaitu minuman yang terbuat dari tanaman jenis palem. Ada pula kilang, minuman dari sari tebu, yang disukai rakyat hingga bangsawan. 

Dwi Cahyono menguraikan, kilang disebut dalam Prasasti Watukura (902 M) dan Prasasti Alasantan (939 M). Dalam naskah Jawa Kuna dan Tengahan, minuman ini muncul dalam kitab Brahmanda Purana, Sumanasantaka, Arjunawijaya, Nagarakrtagama, Partayajna, Subhadra Wiwaha, Kidung Harsawijaya, Kidung Malat, dan Wangbang Wideya.

Kilang juga digunakan untuk menyebut nira kelapa, aren atau tal yang direbus. Bila direbus terus menerus, teksturnya akan mengental, kemudian bisa dijadikan gula merah. Adapun pemanis berupa gula, dalam bahasa Jawa Kuna dan Tengahan disebut gendis. Jadi, kolak yang berasa manis karenanya termasuk kuliner yang disukai dari masa ke masa.

Masih menurut Dwi, di samping pemanis, santan pun sudah biasa dipakai untuk memasak. Bila santan dicampurkan ke dalam kilang, maka jadilah kuah kolak. Kuah kolak dibuat dari campuran santan dan gula merah direbus hingga mendidih. Kemudian dimasukkan buah-buahan, biji-bijian atau bahan makanan lainnya.

Sehingga, terbayang bahwa kegemaran mengonsumsi kolak adalah kelanjutan dalam bentuk lain dari kesukaan meminum kilang. Menurut Dwi, sebutan kolak memang tak dijumpai dalam sumber tertulis masa Hindu-Budha. Ia mungkin baru muncul pada masa yang lebih modern. Dengan kreativitas, penganan itu diterjemahkan dalam bahasa yang bisa membuatnya menjadi media dakwah.

Resep Membuat Kolak
 
Bahan:
  • 10 buah pisang kepok matang, potong serong
  • 800 ml santan dari ½ butir kelapa
  • 150 gram gula aren/gula merah
  • 70 gram gula pasir
  • 1 sdt garam
  • 200 ml air
  • 2 lembar daun pandan buat simpul
Cara membuat:
  1. Rebus air dan gula aren hingga larut, kemudian saring dan tuang ke panci.
  2. Di atas api sedang, masak rebusan gula aren tersebut dengan daun pandan dan garam.
  3. Masukkan pisang kepok yang sudah dipotong-potong, aduk rata hingga pisang berwarna kecoklatan.
  4. Masukkan santan dan gula pasir, aduk agar santan tidak pecah.
  5. Setelah pisang empuk, matikan api, dan cicip rasanya.
  6. Bila dirasa sudah pas, sajikan dalam keadaan hangat maupun dingin, tetap enak! 
  7. Selamat mencoba


Jasaview.id

Type above and press Enter to search.