Kisahnya bermula dari kegemaran Tirta menggowes sepeda setiap pagi. Selepas bersepeda, ia pun berburu sarapan. Bakmi akhirnya dipilih sebagai menu sarapannya. Jadilah, tiap pagi, Tirta menutup ritual bersepedanya dengan sarapan bakmi yang ditemuinya di perjalanan pulang atau atas rekomendasi teman.
Tiap
mengunjungi kedai bakmi, ia memotret bakminya dan kalau bakminya enak
diunggahnya di laman Facebook-nya. Teman-temannya pun melirik
kebiasannya tersebut. Tiap kali ia mengunggah kedai bakmi, teman-temannya
segera menyerbu kedai bakmi tersebut.
Ia tidak
menyangka respons teman-temannya begitu heboh. Bahkan, ia tidak mengira kalau
ada yang mendokumentasikan daftar bakmi yang diunggahnya dan lalu dibagikan
lewat BBM (Blackberry Messenger), sehingga kedai-kedai tersebut menjadi
ramai dikunjungi dan namanya
ikut disebut.
Dari
kebiasaannya itulah, pada tahun 2016, Tirta Lie mendapatkan anugerah MURI
sebagai Pengunjung dan Peresensi Rasa Bakmi Terbanyak. Buku berjudul Tirta
Lie 100+ Bakmi Terlezat di Jakarta ini mendokumentasikan 100 lebih kedai
bakmi enak di Jakarta rekomendasi Tirta Lie.
Ke-100
kedai bakmi itu tentu istimewa karena merupakan hasil seleksi ketat dari 1.000
lebih kedai bakmi di Jakarta yang sudah dikunjungi dan diulas oleh Tirta Lie di
blog, website, dan media sosial. Namun, Tirta mengaku bahwa buku ini
bukan buku ranking bakmi-bakmi di sekitar Jakarta, melainkan cerita mengenai
beberapa bakmi legendaris dan daftar lokasi bakmi mana saja yang laik dicoba.
Penilaian
bakmi itu sendiri, menurut Tirta, murni dari dirinya. Bukan karena permintaan
atau imbalan dari pemilik kedai. Perut yang lapar usai bersepeda, membuatnya
pasang radar untuk menuju kedai bakmi enak. Seiring pengalaman, Tirta mengaku
bisa menilai bakmi enak dan tidak dengan melihat tampilan pertama, harumnya,
dan cara menyiapkan. “Biasanya, feeling saya tidak pernah meleset,”
ungkap Tirta.
Buku
karya Tirta ini tidak hanya sekedar mendokumentasikan perjalanan lidah Tirta
Lie mencicipi bakmi enak di seantero Jakarta, namun juga merefleksikan
kepedulian seorang Tirta Lie terhadap pengembangan kuliner Indonesia. Spirit
itulah yang secara kuat diembuskan Tirta di buku ini, bahkan sejak di kata
pengantar.
Tirta Lie,
misalnya, menutup kata pengantarnya di buku ini dengan kalimat ajakan yang
menyengat. “Jangan pernah takut untuk mengenalkan dan membanggakan kuliner
Indonesia. Teruslah berinovasi untuk mengharumkan kuliner Indonesia dan
menjadikannya makin dikenal di seluruh bangsa. Karena kalau bukan kita, siapa
lagi,” tulis Tirta.
***
Tirta
memang bukan sekadar penikmat bakmi. Ia juga peduli terhadap pengembangannya.
Karena itu, tak berhenti sekedar mencicipi, Tirta Lie juga tergerak secara
nyata untuk ikut mengembangkan.
Perjalanannya
singgah di 1.000 lebih kedai bakmi menjadikan Tirta melihat ada “persoalan cukup
serius” yang menerpa para pebisnis bakmi, yang membuatnya prihatin. Menurutnya, dalam bisnis bakmi, apalagi yang
sudah lebih dari dua atau tiga keturunan, mulai susah melakukan suksesi, enggan
melakukan perubahan, atau bersosialisasi dengan dunia luar. Cukuplah kalau
keuntungan hari ini bisa untuk berjualan esok hari.
Dari keprihatinan
itulah, Tirta kemudian menggagas Tirta Lie Festival, sebuah festival bakmi
untuk menyatukan para penjual bakmi enak, sekaligus memperluas wawasan, membuka
peluang bisnis, dan menambah pelanggan baru. Festival bakmi pertama kali
diselenggarakan di MOI (Mall of Indonesia) pada November 2017.
Tingginya
animo pengunjung membuat Festival Bakmi sampai saat ini sudah digelar 6 kali,
termasuk satu kali bazaar bakmi yang bersifat sosial di Wihara Amurva Bhumi,
yang berhasil menjual 2.147 mangkok dalam sehari.
Kedai
bakmi yang bisa ikut festival hanya kedai bakmi yang telah mendapat “Tirta Lie Approved”.
Hal itu sebagai wujud pertanggungjawaban kepada pihak mal sebagai
penyelenggara, juga kepada calon pengunjung, bahwa bakmi-bakmi yang ikut
festival memang benar-benar pilihan dan direkomendasikan. Di sinilah nama Tirta
Lie benar-benar dipertaruhkan.
Menariknya,
untuk semua itu, Tirta tidak mencari keuntungan. Tirta menyatakan, sejak awal
ia melakukan perjalanan sebagai penikmat bakmi, ia tidak mencari untung dari
menulis ulasan. Dalam menulis ulasan sampai memberikan stiker “Tirta Lie Approved”,
ia tidak mau menerima bayaran. Ia melakukannya berdasarkan apa yang ia sukai
saja.
Karena
tidak mencari keuntungan itulah, hubungannya dengan para pemilik kedai bakmi
yang sudah ia ulas bisa menjadi seperti teman. Ia ikut memberi saran jika mereka
berkonsultasi. Tentu saja tanpa bayaran. Tirta percaya, karma baik akan datang
jika kita selalu berbuat kebaikan.
Para
penjual bakmi yang ia ulas dan memperoleh “Tirta Lie Approved” saat ini
menyebut dirinya Tirta Lie Family. Walau di atas kertas mereka bersaing
karena bergerak dalam bisnis yang sama, mereka tetap bisa menggalang rasa
kekeluargaan. Melalui festival bakmi, mereka jadi saling mengenal, belajar satu
sama lain, bahkan bergotong royong. Pertemuan di luar acara atau diskusi di
grup WhatsApp pun kerap terjadi. Biasanya topik diskusinya ide-ide untuk
melahirkan menu baru atau cara-cara marketing untuk mendongkrak
pendapatan.
Buku ini
akan menjadikan kita tidak akan lagi bingung mencari bakmi enak di Jakarta.
Bagi yang muslim, jangan khawatir, Tirta Lie memilah bakmi rekomendasinya ke
dalam bakmi halal dan nonhalal. Tentu, lebih dari sekedar rekomendasi kedai
bakmi enak, buku ini juga berisi percikan inspirasi hebat tentang kiprah Tirta
Lie dalam ikut serta memajukan kuliner Indonesia. Sangat inspiratif.
*Tulisan ini dimuat di koran Suara Merdeka edisi Minggu, 17 Mei 2020.
Data buku:
Judul: Tirta Lie 100+ Bakmi Terlezat di Jakarta
Penulis: Tirta Lie
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama dan m&c!
Cetakan
ke-1: 2019
Tebal: 128
ISBN: 978-602-480-739-9*Tulisan ini dimuat di koran Suara Merdeka edisi Minggu, 17 Mei 2020.
0 Komentar