GprpTUr8Gfd9BSCoGpG6GpC8Td==

5 Buku Kuliner Warisan Bondan Winarno

Bondan Winarno. (JatengnyamlengID/Ist)

Jatengnyamleng ID - Siapa yang tidak mengenal Bondan Winarno? Pakar kuliner Indonesia yang wafat pada Rabu, 29 November 2017 ini sangat populer di kalangan masyarakat pemirsa televisi Indonesia. Acara Wisata Kuliner yang dibawakannya selama 9 tahun di sebuah televisi swasta, benar-benar melambungkan namanya. Ia tidak hanya terkenal bak selebritas, tapi jargon “Pokok’e mak nyus” yang sering diucapkannya juga menjadi sangat populer di masyarakat.

Kata “mak nyus” menjadi sangat identik dan selalu mengingatkan kepada sosok Bondan Winarno. Kata itu menjadi populer di dunia kuliner untuk mengekspresikan sebuah makanan yang enak dan lezat.

Acara Wisata Kuliner pula menjadikan dunia kuliner tradisional Indonesia semakin bergairah dan semarak. Apalagi, sebagai host, Bondan Winarno tidak hanya piawai menjelaskan kelezatan sebuah makanan, tapi juga mahir ‘mendongengkan’ story di balik makanan tersebut.

Perhatian dan kiprah Bondan Winarno bagi kemajuan kuliner Indonesia tak diragukan lagi. Bersama sejumlah koleganya, tahun 2003, Bondan Winarno mendirikan Komunitas Jalan Sutra (KJS)—sebuah komunitas foodie (penikmat makanan) yang memiliki kepedulian tinggi terhadap boga dan budaya Indonesia.

Lewat KJS, Bondan Winarno dan segenap anggotanya, berupaya memajukan kuliner Indonesia melalui tulisan, tour, dan makan-makan. Salah satu yang ditempuh adalah melalui penulisan dan penerbitan buku. Berikut ini 5 buku kuliner yang diwariskan oleh Bondan Winarno:

1. 100 Mak Nyus Makanan Tradisional Indonesia

Sebagai seorang foodie, Bondan Winarno mengaku sudah mencicipi sebagian besar kuliner tradisional Indonesia. Menurutnya, masakan Indonesia termasuk kategori dangerously delicious yang kelezatannya sering membuat kita semua terlena.

Buku 100 Mak Nyus Makanan Tradisional Indonesia ini adalah pertaruhannya sebagai seorang foodie dan pesohor kuliner. Memilih 100 dari sekian ribu kuliner Indonesia yang tersebar dari berbagai daerah, dari Aceh hingga Papua, tentu  bukan perkara gampang.

Bondan pun secara sadar mengakui hal itu. Baginya, memilih 100 makanan untuk dirangkum dalam sebuah buku bukanlah perkara gampang. Dengan ekspresif dan agak dramatis, Bondan menyatakan, dengan berlinang air mata, beberapa kuliner favoritnya pun terpaksa harus ia pinggirkan dari senarai. Buku ini hanya menampilkan masakan-masakan yang istimewa alias mak nyus menurut lidahnya.

Buku ini pertama kali diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas, September 2013. Pada tahun yang sama, 2013, buku ini mendapatkan penghargaan Gourmand World Cookbook Award sebagai Best in the World dan pada Frankfurt Book Fair 2015 oleh lembaga yang sama dipilih sebagai Best of the Bests.   

100 Mak Nyus Makanan Tradisional Indonesia. (JatengnyamlengID/Ist)
2. 100 Mak Nyus Jakarta

Sesuai judulnya, buku ini berupaya mengangkat keistimewaan kuliner Jakarta, khususnya kuliner asli Betawi. Bagi Bondan Winarno, Jakarta adalah salad bowl bagi begitu banyak bangsa dan suku. Kaum pendatang ini datang membawa ikon dan bagasi budaya bangsa dan daerah masing-masing, termasuk budaya kulinernya.

Hampir semua hidangan tradisional dari berbagai daerah punya wakil di ibu kota. Sayangnya, menurut Bondan, pada saat yang sama, masakan khas Betawi, penduduk asli Jakarta, justru makin terpinggirkan.

Mana ada rumah makan atau restoran besar yang menyajikan masakan Betawi sebagai fokus sajiannya? Mana ada item masakan Betawi yang terwakili dalam menu fine dining beberapa restoran yang menyajikan masakan Indonesia?

Redupnya kejayaan kuliner Betawi ini, menurut Bondan Winarno, perlu diputar arah dan nasibnya. Tidak ada istilah faded glory untuk kuliner Betawi, karena masakan khas Betawi punya keunggulan dan keistimewaan yang membuatnya mudah disukai.

Buku ini tidak hanya menampilkan khazanah kuliner khas Betawi, namun juga mengetengahkan sejumlah kuliner unggulan dari berbagai daerah yang dapat dinikmati di ibu kota. Buku ini ditulis oleh Bondan Winarno bersama dua orang koleganya, yaitu Lidia Tanod dan Harry Nazarudin. Buku diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas, 2015.  

100 Mak Nyus Jakarta. (JatengnyamlengID/Ist)

3. 100 Mak Nyus Bali

Buku ketiga dari seri 100 Mak Nyus ini menyingkap dan menampilkan kekayaan kuliner Pulau Dewata. Ditulis oleh trio penulis Bodan Winarno, Lidia Tanod, dan Harry Nazarudin—ketiganya pegiat Komunitas Jalan Sutra (KJS)—buku ini menampilkan 100 kuliner tradisional Bali yang mak nyus.

Eksplorasi kuliner Bali yang dirangkum dalam buku ini membuka mata kita terhadap kekayaan budaya kuliner yang dimiliki masyarakat Bali. Dengan memahani tradisi kuliner sedalam itu, kita tentu akan lebih menghargai.

Bagi masyarakat Bali, yang mayoritas memeluk agama Hindu, makanan adalah bagian sakral dan penting dalam hubungan antara manusia dengan para dewa. Tetapi, setelah kewajiban suci itu terpenuhi, makan enak juga merupakan bagian dari kehidupan profan mereka sehari-hari. Tah heran bila Bali merupakan salah satu provinsi terkaya di Indonesia dalam hal keragaman kuliner.

100 Mak Nyus Bali dan 100 Mak Nyus Joglosemar. (JatengnyamlengID/Ist)
Meski banyak stereotip yang menyebutkan kuliner Bali banyak yang haram, namun buku ini membuktikan bahwa persentase jumlah masakan Bali yang tidak mengandung babi maupun darah ternyata jauh lebih banyak.

Sehingga, buku ini selain sebagai pintu masuk mengenal khazanah kuliner Bali yang sangat kaya, buku ini juga sekaligus bisa menjadi panduan bagi kaum Muslim untuk mengetahui jenis makanan mana yang aman untuk dikonsumsi selama berada di Bali.

Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Jalansutra—unit penerbitan PT Kopitiam Oey, pada Oktober 2015. Riset lapangan untuk kepentingan penulisan buku ini didukung sepenuhnya oleh Multi Bintang, produsen Bir Bintang.

4. 100 Mak Nyus Joglosemar

Pada buku keempat seri 100 Mak Nyus, giliran Joglosemar (Jogja-Solo-Semarang) yang mendapat lampu sorot dari trio penulis kuliner: Bodan Winarno, Lidia Tanod, dan Harry Nazarudin. Segitiga Emas Kuliner di pusat Pulau Jawa ini menawarkan ragam kuliner yang sangat kaya. Tidak salah bila Joglosemar dianggap sebagai pusat peradaban kuliner Jawa.

Dalam pengantar di buku ini disebutkan, istilah Jawa Tengah dalam buku ini sering disebut untuk memaknai sebuah kawasan teritorial, bukan berdasar administrasi pemerintah. Dalam pengertian ini, Jogjakarta yang secara ketatanegaraan ditetapkan sebagai Daerah Istimewa yang berdiri sendiri, pun secara umum diperhitungkan sebagai bagian dari teritori umum yang dimaksud dengan Jawa Tengah.

Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Jalansutra—unit penerbitan PT Kopitiam Oey, 2016. Penerbitan disponsori oleh PT Orang Tua—produsen Anggur Cap Orang Tua.

5. 100 Mak Nyus Jalur Mudik

Buku kelima seri 100 Mak Nyus ini terbit saat Bodan Winarno telah tiada. Boleh dibilang, buku ini adalah persembahan terakhir Bondan Winarno untuk dunia kuliner Indonesia yang dicintainya. 

Buku ini mulai dipersiapkan sejak bulan Januari 2017. Di tengah pengumpulan data, Bondan jatuh sakit, namun tetap bersemangat untuk melanjutkan seri berikutnya setelah buku 100 Mak Nyus Joglosemar selesai diluncurkan. Bulan September 2017, sebuah tindakan medis harus dilakukan kepada Bondan Winarno. 

100 Mak Nyus Jalur Mudik. (JatengnyamlengID/Ist)
Dalam kondisi terbaring di rumah sakit, Bondan tetap bersemangat untuk melanjutkan proyek bukunya itu. Tim pun bergembira menyambut semangat Bondan. Sayang, kegembiraan itu berumur singkat. Saat proyek hampir selesai, pada Rabu, 29 November 2017, pakar kuliner yang pernah menggeluti dunia jurnalistik itu tutup usia.

Lidia Tanod dan Harry Nazarudin menyampaikan dalam kata pengantar buku 100 Mak Nyus Jalur Mudik, Jalur Pantura dan Jalur Selatan Jawa, tim yang nyaris menyerah, pada Januari 2018 mengusulkan kepada pihak sponsor dan penerbit untuk melanjutkan proyek ini.

Pertimbangannya, toh Pak Bondan sudah menulis lengkap soal tujuan kulinernya, dan buku ini bisa merangkap tribute untuk jasa Pak Bondan di dunia kuliner tradisional Indonesia. Puji syukur, pihak sponsor dan penerbit mendukung, sehingga jadilah buku ini.

Buku ini menjadi panduan kuliner yang boleh dibilang ‘paling otoritatif’ bagi para pemudik terkait rekomendasi kuliner di sepanjang jalur mudik, yaitu jalur pantai utara dan pantai selatan Jawa. 

Selamat membaca buku-buku warisan mendiang pakar kuliner Bondan Winarno. Salam mak nyus! (BMA - Jatengnyamleng ID)


Jasaview.id

Type above and press Enter to search.