![]() |
Soto esto dengan pelengkapnya berupa aneka sate dan gorengan. (JatengnyamlengID/BMA) |
Jatengnyamleng ID - Salah satu kuliner yang nikmat disantap di tengah sejuknya Kota Salatiga adalah soto. Di kota yang pernah dijuluki De Schoonste Stad van Midderi-Java atau kota terindah di Jawa Tengah ini, terdapat soto-soto populer, salah satunya adalah soto esto.
Soto esto termasuk istimewa karena masuk ke dalam daftar 10 kuliner bersejarah (culinary heritage) yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Salatiga. Juga, soto legendaris Salatiga ini memiliki asal-usul nama yang unik dan jejak historis yang panjang, yang berkelindan dengan sejarah awal transportasi di Kota Salatiga.
Soto Esto sendiri adalah soto bersantan dengan warna kekuningan karena menggunakan kunyit dalam bumbunya. Kuahnya bercita rasa gurih dengan rasa rempah yang kuat. Proteinnya menggunakan ayam kampung, yang menjadi ciri khas sejak berdirinya hingga sekarang.
Seporsi soto esto berisi nasi dalam mangkuk dengan kuah yang dipadukan dengan suwiran ayam, taoge, kemudian diberi taburan daun seledri. Setelah itu diberi toping kerupuk karak yang diremuk kasar. Semua itu menjadi ciri khas soto esto.
Sebagai pelengkap menyantapnya, soto esto dilengkapi berbagai lauk pendamping sebagaimana soto pada umumnya, yaitu berupa aneka sate seperti sate ayam dan sate telur puyuh; juga gorengan seperti perkedel dan tempe goreng serta kerupuk.
Soto esto sangat cocok disantap selagi panas atau hangat, sebagai menu sarapan atau makan siang, di tengah kondisi Kota Salatiga yang cebderung berhawa dingin.
History di Balik Nama Soto Esto
Soto esto dirintis oleh sepasang suami-istri bernama Martosetiko dan Sudarmi, sejak tahun 1940. Awal-awal merintis, mereka berjualan soto secara keliling dan ketika sore hari berhenti di depan garasi Bus Esto. Kelezatan soto racikan Marto Setiko disukai oleh para kru Bus Esto. Sehingga hampir semua kru Bus Esto menjadikan soto itu sebagai langganan.
![]() |
Berpose di depan Soto Esto di Jalan Langensuko 4, Salatiga. (JatengnyamlengID/BMA) |
Esto sendiri merupakan perusahaan otobus (PO) di Salatiga yang tercatat telah berdiri sejak zaman kolonial Belanda. Purwanti Asih Anna Levi dalam artikel berjudul “Esto, Bus Legendaris Salatiga” (Kompasiana, 2/2/2015) menyebutkan, cikal bakal Esto adalah perusahaan transportasi pertama di Salatiga yang didirikan pada 1921 oleh Kwa Tjwan Ing.
Nama Esto diberikan pada tahun 1923. Esto merupakan singkatan dari Eerste Salatigasche Transport Onderneming (Perusahaan Transportasi Pertama Salatiga). Tahun 1950-an, saat Martosetiko mangkal di depan garasi PO bus tersebut, Bus Esto masih menunjukkan eksistensinya, meski menurut catatan, PO Bus Esto pernah mengalami krisis pada dekade 1930-an dan 1940-an.
Namun, generasi penerus Bus Esto bisa mengembalikan kejayaan Bus Esto pada rentang tahun 1980-1990. Salah satu trayek bus andalan Esto di masa itu adalah trayek Salatiga - Tuntang - Bawen - Ambarawa.
Dari nama tempat mangkalnya inilah, yaitu di depan garasi PO Bus Esto, nama soto esto berasal. Nama itu diberikan oleh para pembeli untuk mempermudah menyebut soto langganan mereka yang ketika itu memang belum memiliki nama.
Jadilah, nama soto esto tersemat hingga sekarang. Meski pada tahun 2009 pindah berjualan ke tempatnya yang sekarang, yaitu di Jalan Langensuko No. 4 Salatiga atau belakang Grand Wahid Hotel, namun nama itu tetap digunakan karena memiliki nilai historis.
Tahun 1991, soto esto
diwariskan ke generasi kedua, yaitu Sulasmi, yang mengelola soto esto
hingga sekarang. Jejak sejarah yang panjang dan konsistensi menjaga cita rasa
kelezatannya, menjadikan soto esto
ditetapkan sebagai salah satu dari 10 Kuliner Bersejarah Salatiga (Salatiga
Culinary Heritage) pada tahun 2021. Soto Esto menjadi salah satu destinasi wisata kuliner populer di Kota Salatiga. (BMA - Jatengnyamleng ID)