GprpTUr8Gfd9BSCoGpG6GpC8Td==

Sensasi Menyantap Nasi Kropokhan, Kuliner Khas Demak Kesukaan Para Sultan

Sega kropokhan atau nasi kropokhan, menu favorit para bangsawan Kesultanan Demak. (JatengnyamlengID/BMA)

Jatengnyamleng ID - Sebagai Kota Wali dan pernah menjadi pusat imperium Kesultanan Islam, Kabupaten Demak memiliki sebuah kuliner yang dikaitkan dengan makanan kesukaan para sultan, yaitu sega kropokhan atau nasi kropokhan. Hidangan berkuah ini disebut-sebut merupakan warisan kuliner Kesultanan Demak. 

Dari cerita tutur turun-temurun, nasi kropokhan dipercaya sebagai menu yang disukai para sultan Demak ketika itu. Sehingga bila dirunut, maka nasi kropokhan sudah eksis sejak berabad lampau ketika Kesultanan Demak masih berjaya di sekitar abad ke-16.

Nasi kropokhan sendiri berupa nasi yang diberi kuah sayur bersantan yang berisi labu putih dan daging kerbau. Cita rasanya gurih, asam, dan segar, juga pedas. Taste asam pada kuah nasi kropokhan diperoleh dari daun kedondong. Sedang tone pedasnya, diperoleh dari cabai—yang biasanya dibiarkan utuh. Tingkat kepedasannya bisa diatur dari jumlah cabai sesuai selera.

Dalam penyajiannya, sayur kropokhan biasa disantap dengan nasi putih hangat. Bisa disajikan terpisah atau campur, yakni sepiring nasi diguyur kuah kropokhan lengkap dengan potongan labu putih dan daging kerbaunya.

Pada zaman dahulu, daging kerbau pada nasi kropokhan diperuntukkan bagi para sultan dan kalangan bangsawan kerajaan. Adapun kulit kerbau diperuntukkan bagi mayarakat biasa. Agar sayur lebih banyak, maka dicampur dengan labu putih. Nama Kropokhan sendiri konon berasal dari kata kropoh yang artinya “dicampur”.

Bahan utama nasi kropokhan adalah labu putih—yang biasa tumbuh di daerah tropis, dan juga daging kerbau—karena berkaitan erat dengan strategi dakwah Walisongo.

Di masa-masa awal penyebaran Islam, masyarakat Jawa, tak terkecuali Demak, masih banyak yang menganut agama Hindu yang meyakini sapi sebagai satwa sakral. Sehingga daging kerbau dipilih sebagai pengganti untuk bahan masakan agar tidak melukai umat Hindu. Boleh dibilang, penggunakaan daging kerbau merupakan simbol toleransi umat Islam atas umat Hindu.

Sulitnya Mencati Nasi Kropokhan

Meski memiliki nilai historis, namun bila berkunjung ke Demak, pengunjung masih kesulitan mencari menu nasi kropokhan. Tak banyak rumah makan atau resto yang menyediakan menu nasi kegemaran para sultan Demak ini.

Padahal nasi kropokhan ini sangat potensial dibranding sebagai ikon kuliner Kabupaten Demak, mengingat akar historisnya nyambung dengan posisi Demak sebagai Kota Wali. Di mana secara historis, nasi kropokhan terkait erat dengan Kesultanan Demak yang notebene merupakan pusat penyebaran Islam pertama di tanah Jawa oleh para wali (Walisongo).

Pondok Ikan Demung, pesan dulu bila ingin mencicipi sensasi menyantap nasi kropokhan. (JatengnyamlengID/BMA)
Tahun 2015, untuk pertama kalinya saya mendapat informasi sebuah rumah makan yang mengangkat nasi kropokhan sebagai menu kegemaran para sultan Demak. Rumah makan itu bernama “Rumah Makan Pawon Wolu” di Jalan Sultan Hadiwijaya 40, Kelurahan Mangunjiwan, Demak Kota. Rumah makan itu dikelola oleh Tatik Sulistijani, salah seorang anggota DPRD Demak ketika itu. Sayangnya, tak lama kemudian, tersiar kabar rumah makan itu tutup permanen.

Setelah itu, saya mendapatkan infomasi sebuah warung makan yang menyediakan menu nasi kropokhan. Warung itu adalah “Warung Makan Seger Waras” yang beralamat di Jalan Bhayangkara Baru Demak, Kelurahan Bintoro, Demak. Warung ini terletak di seberang poli umum RSUD Sunan Kalijaga Demak. Tapi hingga kini saya belum berkesempatan berkunjung ke sini.

Lalu, dari laman Facebook, saya mendapatkan informasi bahwa Pondok Ikan Demung yang beralamat di Jalan Demung-Trengguli KM 1, Kerangkulon, Wonosalam, Demak, juga menyediakan menu nasi kropokhan.

Pondok ikan ini awalnya menyajikan menu-menu serba ikan, karena pondok makan ini memang sekaligus merupakan wahana pemancingan. Belakangan, menu nasi kropokhan ditambahkan, sebagai salah satu upaya memperkenalkan menu khas Demak yang (nyaris) terlupakan.

Saat berkesempatan menyambangi Pondok Ikan Demung, alhamdulillah saya bisa menyantap nasi kropokhan—sajian berkuah berisi kombinasi protein hewani (daging kerbau) dan protein nabati (labu putih) warisan Kesultanan Demak Bintara.

Sayang, tak lama kemudian, saya mendapat informasi dari pengelolanya, bahwa menu nasi kropokhan saat ini tidak selalu ready. Untuk bisa menikmati, pengunjung musti pesan sebelumnya. Penyebabnya, menu ini jarang peminatnya. Duh, Gusti. (BMA - Khazanah Grobogan)


Jasaview.id

Type above and press Enter to search.