Sesuai
namanya, ayam panggang ini merupakan masakan tradisonal khas Klaten, Jawa
Tengah. Ayam panggang Klaten bercita rasa gurih dengan tone manis yang
menonjol. Ayam panggang khas Klaten termasuk istimewa karena sarat bumbu.
Sebelum dipanggang, ayam diungkep terlebih dahulu dengan santan dan bumbu-bumbu yang cukup kompleks. Sehingga saat dipanggang, ayamnya terkaramelisasi oleh bumbu-bumbu yang sudah menggumpal menjadi areh.
Menurut
Bondan Winarno dalam buku 100 Mak Nyus Jalur Mudik (2018), ada kemiripan
antara ayam panggang dari Klaten dengan ayam panggang dari Padang. Keduanya
dimasak dengan santan kental sampai matang dan empuk, kemudian dipanggang atau
dibakar sebentar (lighty) di atas bara arang.
Ny.
Ang Bie disebut-sebut sebagai pelopor ayam panggang khas Klaten yang telah
eksis berjualan sejak lebih dari setengah abad yang lalu (sekitar tahun
1960-an). Saat ini dilanjutkan generasi ketiga dengan memakai branding Ny.
Anggriani, putri dari Ny. Ang Bie.
Murdijati
Gardjito, dkk dalam buku Kuliner Surakarta, Mencipta Rasa Penuh Nuansa
(2018) menyatakan, ayam panggang yang mempunyai branding Ny. Anggraini
sudah sampai generasi ketiga hingga saat ini. Generasi pertama dimulai dari Ang
Bie, kemudian Anggriani, dan sekarang Bobby Sampurna.
Saat
generasi pertama, ayam panggang dijual dalam tenongan. Retail door to door
dengan mendatangi tempat keramaian seperti terminal, stasiun, pusat keramaan
lain seperti seperti toko-toko dan event-event tertentu. Dijajakan oleh
sepuluh orang karyawan berkeliling desa-desa di Klaten.
Sistem
penjualan tersebut berjalan sampai dengan generasi kedua, hingga mulai
bermunculan pedagang ayam panggang lain dengan menggunakan tenongan juga.
Beberapa kali terjadi tenongan bermerek Ny. Anggriani berisi ayam panggang
milik penjual lain yang lebih rendah kualitasnya. Sehingga mulai generasi
ketiga, diputuskan hanya dijual di satu tempat yang tetap, yaitu di pusat kota
Klaten.
Menurut
Bondan Winarno, di masa lalu, banyak di antara para penjaja ayam panggang Klaten
adalah para pria kemayu yang meneriakkan “ayam panggang” dengan gaya kenesnya,
sehingga terdengar seperti “eyem penggeng”. Budayawan Umar Kayam pun
memasukkan karakter penjaja “eyem penggeng” ini dalam buku kumpulan
kolomnya berjudul Mangan Ora Mangan Kumpul.
Sehingga
ayam panggang khas Klaten ini sering disebut juga eyem penggeng. Di
Jogjakarta, ada sebuah rumah makan yang mencantumkan secara resmi menu dengan
nama eyem penggeng di dalam daftar menunya. Rumah makan itu bernama “Warung
Bu Ageng” yang terletak di Jalan Tirtodipuran, Mantrijeron. Rumah makan itu tak
lain adalah milik istri dari seniman kondang Butet Kartaredjasa.
Resep Ayam Panggang Khas Klaten
Berikut
ini Resep Ayam Panggang Klaten yang dikutip dari buku “45 Menu Sehari-hari
Cita Rasa Nusantara” (2019) karya Lilly T. Erwin, sebagai berikut:
Bahan:
- 1 ekor ayam buras (900 g), cuci dan potong jadi 6
- 500 ml santan
- 2 sdm minyak, untuk menumis
Bumbu yang dihaluskan:
- 1 sdt ketumbar + 1 sdt merica bulat + ½ sdt jintan, sangrai
- 3 sdm bawang merah, iris
- 1 sdt bawang putih, iris
- 1 sdt kecur, iris
- ½ sdt jahe, iris
- 1 sdt kunyit, iris
- 1 sdt lengkuas
- 1 sdt gula merah
- 1 sdm garam
Bumbu lain:
- 1 sdm air asam
- 2 lbr daun salam
- 1 lbr daun serai, memarkan
- 2 lbr daun jeruk
Cara membuat:
- Panaskan wajan, tumis semua bumbu dengan 2 sdm minyak hingga harum. Masukkan ayam, masak hingga air air ayam keluar semua dan bumbu meresap.
- Masukkan santan, didihkan sambil ayam dibolak-balik sampai kuah mengental dan agak mengering. Angkat dan biarkan dingin.
- yalakan oven atau panggangan arang hingga api cukup panas, panggang ayam sambil diolesi sisa bumbu ayam hingga ayam kecoklatan dan tidak terlalu kering.
- Angkat dan hidangkan panas-panas bersama nasi dan lauk lainnya.
Keterangan: untuk 6 porsi
0 Komentar