GprpTUr8Gfd9BSCoGpG6GpC8Td==

Amen Budiman dan Kuliner Semarang Tempo Doeloe

Beberapa makanan khas Semarang tempo dulu. (JatengnyamlengID/istimewa)
Jatengnyamleng ID - Amen Budiman adalah sebuah nama yang tak terelakkan bagi setiap perbincangan berkait Semarang tempo doeloe. Budayawan Djawahir Muhammad dalam bukunya Semarang Lintasan Sejarah dan Budaya (2016) menyebut Amen Budiman sebagai native writer sejarah Semarang yang sungguh-sungguh pencinta kota kelahirannya.
 
Amen Budiman lahir di Kampung Jeruk Kingkit, Jalan Mataram, Semarang, 24 Mei 1948. Ia memang dikenal sebagai peneliti sejarah, khususnya Semarang. Secara autodidak, ia meneliti Semarang dari segala aspeknya, meliputi sejarah dan kebudayaannya. Tahun 1977, untuk keperluan penelitiannya, ia bahkan menyempatkan diri bertolak ke sumber-sumber di mancanegara.

Buku-buku karyanya, terutama yang berjudul Semarang Riwayatmu Dulu, menjadi referensi penting bagi siapa pun yang berminat pada sejarah Semarang. Buku ini diterbitkan oleh penerbit Tanjung Sari Semarang, terbit tahun 1978. Isi bukunya berasal dari serial tulisannya di koran Suara Merdeka setiap hari Jumat sejak 10 Januari 1975 hingga awal tahun 1977.

Amen Budiman wafat pada 1996 akibat sakit yang dideritanya dan dimakamkan di TPU Bergota—tempat di mana sejarah kota Semarang dimulai. Semasa hidupnya, Amen Budiman telah menujukkan kiprah dan kerja-kerja kebudayaan yang baik sebagai wujud kecintaannya terhadap kota Semarang.

Semasa hidup ia pernah berpolemik dengan Tim Perumus Hari Jadi Kota Semarang. Ia tidak sependapat hari jadi kota Semarang yang diperingati setiap 2 Mei. Menurut Amen, hari jadi Semarang tanggal 2 Mei 1547 bukanlah produk sejarah, melainkan produk politik.

Hari jadi kota Semarang yang telah ditetapkan jatuh tanggal 2 Mei 1547 adalah pada saat Ki Ageng Pandanaran II dilantik oleh penguasa Demak sebagai Bupati Semarang II. Sedangkan Amen Budiman berpegang pada saat Ki Pandanaran I menata pemerintahan kota Semarang.

Hingga wafatnya, Amen tetap bertahan dengan pendapatnya bahwa Semarang telah berdiri pada tahun 1476 yang ditandai dengan kedatangan Made Pandan (Ki Pandanaran I) ke pulau Tirang, daerah perbukitan Mugas dan Bergota.

Amen berargumentasi, Tomi Pires telah menyebut nama Semarang dalam bukunya Suma Oriental yang terbit antara tahun 1512-1515. Artinya, kota Semarang telah ada sebelum tahun 1547.

Sebagai wujud kecintaannya terhadap kota Semarang, ketika ia menikah dengan gadis pujaannya yang berasal dari Pati bernama Eko Setowati, upacaranya memakai adat Semarangan model “Manten Kaji” yang sudah mulai dilupakan.

Amen juga menjadi impresario kesenian Gambang Semarang melalui paguyuban Kembang Goyang yang didirikannya. Paguyuban itu ia bentuk untuk menampung segala kegiatan bertema Semarangan. Antara lain peragaan Pengantin Semarangan, pameran foto,  dan berbagai forum tentang sejarah dan kesenian Semarang. 

Amen Budiman. (JatengnyamlengID/istimewa)
Melalui paguyuban itu pula, Amen menunjukkan kepeduliannya terhadap kuliner Semarangan. Seperti yang diceritakan oleh Jongkie Tio dalam bukunya Kota Semarang dalam Kenangan, pada tahun 1978, untuk pertama kalinya diadakan “Pameran Masakan Khas Semarang Tempo Doeloe” bertempat di Wisma Pancasila Simpanglima. Even itu menyedot perhatian masyarakat Semarang dan mendapat sambutan yang meriah.

Selepas pameran tersebut, Amen Budiman masih memiliki obsesi untuk menghelat kembali festival makanan yang lebih terorganisir dan komprehensif. Tujuannya agar makanan tradisional, terutama yang terdapat di warung-warung dapat terangkat  dan mendapat tempat yang luas di masyarakat.

Bersama Jongkie Tio yang juga seorang peminat dan pencinta kota Semarang, Amen melakukan penelitian lebih komfrehensif, antara lain dengan berburu dan mendata ahli-ahli masak tempo doeloe yang masih ada.

Bertahun kemudian, tahun 1991, terselenggaralah kembali sebuah even prestisius bertajuk Festival Makanan Semarang Tempoe Doeloe selama tiga hari bertempat di Restoran Semarang. Even tersebut mendapat perhatian besar dari masyarakat, juga kalangan media cetak dan TV nasional.

Menurut Jongkie Tio, obsesi Amen untuk menghadirkan masakan kampung masuk sebagai makanan penting akhirnya terwujud. Pameran-pameran semacam itu kemudian  banyak diikuti oleh hotel-hotel dan restoran-restoran sebagai paket pariwisata.

Sampai pada saat ini misalnya, Restoran Semarang yang berada Jalan Gajahmada masih tetap menyediakan beberapa makanan khas Semarang sebagai menu tetapnya. Beberapa nama makanan khas Semarang tempo doeloe antara lain: rondo royal, loro gudik, ganjelrel, mento, bolang-baling, kue mangkok, cemplung, bir semarang, wedang tahu, lunpia, dawet, tahu pong, dan lain sebagainya.

Setelahnya, belum ada catatan berkait kelanjutan festival makanan khas Semarang seperti yang telah dipelopori oleh Amen Budiman. Namun, meminjam sebutan dari Djawahir Muhammad,  “pemburu masa lalu” itu keburu wafat tahun 1996 akibat sakit yang dideritanya.

Selain Semarang Riwayatmu Dulu yang berisi sejarah dan perkembangan kota Semarang, buku karya Amen lainnya yang monumental adalah berjudul Semarang Juwita (1979) yang berisi kumpulan foto tentang kota Semarang sekaligus merupakan buku foto pertama yang diterbitkan. (BMA - Jatengnyamleng ID)


Jasaview.id

Type above and press Enter to search.